I Know I Can(t) Smile Without You

haaaiii… lama tak bersua di blog ini. entah mengapa saya lebih suka menulis surat sekarang, hehehe, now, kembali saya membuat surat untuk seseorang, hehehe, always no mention someone’s name.

 

 

***********************************************************************************************

 

Jika aku teringat cerita kita bersahabat, kawan, entah kenapa aku tersenyum sendiri. Aku selalu ingat, bahwa aku pernah berkata “I know I can’t smile without you” pada diriku sendiri. Kenyataannya dulu memang begitu. Kamu begitu pintar membuat aku tertawa, bahagia, senang, happy lah dengan apapun yang aku lakukan itu berinteraksi denganmu. Ketika kamu “menjauh” dariku, aku memang terasa hampa. Aku mencari-cari (atau lebih tepat meminta) “keberadaan” dirimu dan kamu tolak itu rasanya seperti aku sayur tanpa garam, hampa. Berlebihan? Mungkin bisa dibilang seperti itu.

 

Pertama kali mengingat cerita pertama kita merangkai cerita pertemanan (atau bisa disebut persahabatan), aku kembali tersenyum sendiri. Mana bisa aku mengawali cerita persahabatan kita dengan cerita itu? Kemudian diikat oleh ikatan batin hingga sampai sekarang ikatan itu masih terasa, diantara kita, diantara mereka juga. Ikatan yang kuharapkan ia tak lekang oleh waktu.

 

Berapa tahun aku bersamamu? Tiga tahun, mungkin lebih, banyak cerita yang tak bisa aku lupakan, termasuk cerita terkonyol seharian yang pernah aku ukir bersamamu. Indah bukan bersahabat? Aku pun merasakannya. Setiap kali aku dengar lagu itu, paling pas adalah aku mengingat kenangan bersamamu karena lagu itu, kamulah yang meletakkan handphonemu ditelingaku, memperdengarkan lagu itu di ruang yang kita sebut istimewa hingga seakan merasuk dalam diriku. Indah syairnya, seindah cerita persahabatan kita.

 

Jika aku ingat salah paham yang pernah terjadi diantara kita, aku begitu masih merasa menyesal. Bukan maksudku untuk begitu, kukira kamu sama-sama mengerti bahwa kita sama-sama membuat lelucon. Sekali lagi, aku tidak pernah pintar membaca dirimu sebagaimana kamu begitu ahli membaca diriku, karakteristikku. Mungkin calon suamiku kelak patut berguru padamu, bagaimanakah aku, sifatku, selain dia harus berguru pada kedua orang tuaku. Inilah kelemahanku dalam persahabatan kita, tidak bisa membaca apa yang kau sembunyikan sedangkan kau begitu ahli dalam mengerti apapun yang aku sembunyikan sekalipun dan aku harus akui, asumsimu sebagian besar adalah benar. Mungkin itulah yang membuatmu begitu bisa membuatku bahagia. Ya, itulah kelebihanmu, kawan.

Jauh darimu, membuatku kembali merasa kesepian, kawan. Itulah sebabnya, aku terkadang mencari-cari alasan untuk bisa dekat denganmu lagi. Bermain, bertukar pikiran, saling ledek, dan apapun denganmu lagi. Sebenarnya, itulah alasan utamaku ingin kembali berada di tempat itu. Kamu tahu, alasan-alasanku lain sudah terpatahkan di tempat yang kupijak ini, kecuali alasan dirimu. Terlebih, rengekanmu tahun lalu, sungguh, aku seakan tak bisa tidur memikirkannya. Apa iya aku melontarkan bahwa alasanku adalah kamu? Aku takut timbul presepsi lain dari orang-orang di sekitarku, di sekitarmu, di sekitar kita.

 

Hari ini, waktu asar di Sleman, Yogyakarta, sepulang dari kampus, tepatnya perjalanan dari kampus ke kos, aku kembali teringat tentang kalimatku “I know I can’t smile without you”. Aku kembali menghela nafas panjang, memang tak ada orang sepertimu. Namun aku bisa bertahan di sini. Mungkin Allah sedang mengajariku bahwa hidupku tidak bergantung apapun kecuali Allah, hidupku tidak bergantung dirimu. Ada tidaknya dirimu, Allah penentu diriku. Aku bisa tersenyum, kawan, meski terkadang hatiku tidak ikut tersenyum. Tapi dengan ini aku berani katakan kepadamu (jika kau baca dan merasa surat ini untukmu), “I KNOW I CAN SMILE WITHOUT YOU”. Aku bisa tersenyum tanpamu, sudah aku lakukan. Maaf jika aku bertahan di sini. Mungkin Allah sedang ingin memisahkan kita sejenak. Tak tahu, akan datang mungkin Dia akan menyatukan kita, entah di dunia, atau di surga, atau di dunia dan di surgaNya. Allahumma aamiin…

 

Note: I miss all the moments we did.

Leave a comment